Wah lama nian rasanya nggak nulis.. kangen… tapi nggak sempat (ini aja disempat-sempatkan saat dua krucil terlelap di sore hari ditemani guyuran hujan deras) :-). Yach kesibukan sebagai ibu rumah tangga tanpa khadimat dengan mengurus dua anak. Satu balita yang hampir 3 tahun (bsk 30 Desember) dan satu baby umur satu bulan (2 Desember kemarin). Mo nyari PRT lagi (setelah yang terakhir berhenti), tapi yang amanah susahnya minta ampun. Yach Bismillah… semoga Allah memberikan kekuatan dalam menjalani segalanya.
Nulis.. pengen banyak yang ditulis sebenarnya. Tentang kisah kelahiran anak kedua, momen hari guru kemarin tanggal 25 November, dll. Sekarang nulis tentang guru aja dulu dech. Mengobati kerinduan “profesi” keguruan saya.
Meskipun tidak sekolah di keguruan, tapi profesi guru begitu melekat dalam diri saya. Sampai saat inipun saya menjadi guru, tepatnya pendidik bagi dua buah hati saya. Bahkan saat remajapun saya sudah menjadi guru lho… Guru ngaji (bantuin kakak saya). Saat itu masih duduk di bangku SMA, saya bersama kakak yang saat itu tingkat akhir di UGM menghidupkan musola dengan mengajar anak-anak mengaji. Selain itu juga menjadi guru les gratis bagi anak-anak di sekitar kampung kami. Secara non formal, anak-anak tetangga minta diajarin di rumah, jadilah rumah kami ramai dengan anak-anak.
Menginjak kuliah, di tingkat dua, saya sempat menjadi asisten dosen mata kuliah Pendidikan Agama Islam. Berlanjut hingga ketingkat tiga, trus gantian dengan adik kelas selanjutnya. Saat Ramadhan menjelang, saya tak ketinggalan ikut menjadi relawan di Birena (Bimbingan Remaja dan Anak-anak)-salah satu LSO (Lembaga Semi Otonom) milik Lembaga Dakwah Kampus (red. Masjid Kampus) yang concern kepada pendidikan Islami anak-anak di sekitar kampus. Setelah itu saya menjadi guru les prifat. Saat itu di tingkat tiga. Atas rekomendasi teman, saya mengajar anak tetangganya. Selain itu juga ada kenalan S2 yang tinggal dekat kos, minta anaknya diajarin ngaji. Awalnya hanya anak-anak beliau 3 orang, kemudian bertambah tetangga-tetangganya. Lumayan hasilnya bisa buat tambah biaya kuliah. Kesibukan tugas akhir, membuat saya berhenti mengajar mereka. Di tahun 2006, saya juga menjadi relawan pendidikan di Bantul-Yogya (korban gempa bumi) bersama teman-teman di KAMMI. Saat itu kalo tidak salah sebulan kami di sana. Mengajar anak-anak korban gempa di tenda-tenda darurat dengan sarana prasarana apa adanya.. Kembali menyemangati adik-adik korban gempa yang kehilangan orangtua dan keluarga mereka. Dan membuat mereka kembali tersenyum.
Tahun 2007 menjelang kelulusan, saya kembali mengajar. Kali ini di sebuah lembaga Bimbingan Belajar di Bogor. Selain itu juga ikut membantu di TPA dekat kos. Saat itu berhenti karena kemudian saya lulus, dan pindah kosdekat dengan tempat kerja. Bergelut dengan aktivitas mengajar dan mendidik. Hingga di tahun 2008 setelah lulus, sayapun menjadi guru di sebuah SDIT di Bogor. Tepatnya SDIT Ummul Quro’ Bogor. Karena background pendidikan saya ekonomi (manajemen), saya mengajar pelajaran IPS dan B Indonesia. Kelas tiga. Dan berhenti setelah satu tahun pelajaran karena harus mengikut suami hijrah ke Malang-Jawa Timur.
Kerinduan mengajar, membuat saya kembali terjun dalam aktivitas kependidikan. Awal pindah pertengahan 2009, kemudian akhir 2009 saya mengajar les prifat pada anak-anak tetangga yang minta diajarin. Selain itu ikut membantu di TPA dekat rumah. Dan berhenti karena melahirkan anak per tama di Klaten, Jawa Tengah. Setelah balik ke Malang, dan si kecil sudah lulus ASI eksklusif, ingin kembali mengajar. Saat itu ada lowongan menjadi guru di TKIT Robbani, akhirnya ikut mendaftar dan lolos. Setelah satu semester berlalu akhirnya berhenti karena kondisi kesehatan yang tidak stabil.
Dan sejak saat itu saya menjadi guru di rumah. Guru bagi anak saya. Dan sekarang muridnya sudah tambah.. Menjadi dua…. :-), insya Allah kedepan akan bertambah lagi, seiring lahirnya adik-adik Scientia Taqqiya Salsabila dan Nafisah ‘Ilma Syahidah….
SELAMAT HARI GURU!!!